Pantai Glagah
Sebuah dataran pantai yang lapang akan segera menyapa jika
berkunjung ke Pantai Glagah. Kelapangan dataran pantai ini memberi anda
kesempatan untuk merentangkan pandangan ke seluruh penjuru. Merentang
pandangan ke depan, anda bisa melihat garis horizon maha panjang yang
mempertemukan langit dan lautan. Sementara keindahan kelokan garis
pantai akan memanjakan mata bila mengalihkan pandangan ke barat atau
timur.
Dataran pantai yang lapang dan garis pantai yang
panjang juga memberikan anda sejumlah lokasi alternatif untuk melihat
keindahan pemandangan pantai. Masing-masing lokasi seolah memiliki
nuansa yang berbeda walau masih terletak dalam satu kawasan. Di setiap
lokasi itu, anda bisa menikmati seluruh keindahan pantai dengan leluasa,
sama sekali tak ada karang-karang raksasa yang kadang menghalangi
pandangan mata.
Lokasi pertama yang sangat tepat untuk melihat
pemandangan pantai adalah sebuah lokasi yang akan dijadikan pelabuhan
beberapa tahun ke depan. Anda bisa menjumpainya bila telah sampai di
belokan pertama dari pos retribusi, tandanya adalah sebuah plang
bertuliskan PP. Pertemuan aliran sungai dengan ombak lautan yang penuh
harmoni bisa disaksikan dengan menaiki sebuah gardu pandang yang
terdapat di sana.
Sepanjang lokasi pertama hingga beberapa ratus meter ke
arah barat, anda bisa menjumpai sebuah laguna dengan aliran air yang
menuju ke arah muara sungai. Laguna ini membagi kawasan pantai menjadi
dua, lokasi yang masih ditumbuhi oleh beberapa tumbuhan pantai dan
rerumputan dan lokasi gundukan pasir yang langsung berbatasan dengan
lautan. Anda bisa menyeberang ke lokasi gundukan pasir melewati jalan
penghubung yang terletak tak jauh dari muara sungai.
Berjalan lebih ke barat, anda bisa menyaksikan
aktivitas warga sekitar dan beberapa wisatawan memancing ikan. Saat
YogYES berkunjung, mereka tampak berdiri dan berbaris, berderet
mengikuti garis pantai sambil memegang peralatan memancingnya. Daerah
pantai yang cukup landai memberi anugerah ikan dalam jumlah yang cukup
besar. Sejumlah kios yang menjajakan sea food juga terdapat, menyajikan
beragam menu yang pantas untuk dicoba.
Selain pemandangan pantai yang indah, Pantai Glagah
juga memiliki beragam fasilitas wisata pantai. Salah satu adalah area
motor cross yang terletak persis di pinggir pantai dengan luas yang
cukup besar, memberi kepuasan bagi anda penggemar olahraga ini.
Sementara itu, jalan beraspal yang menghubungkan pantai Glagah dengan
pantai-pantai lain bisa dimanfaatkan sebagai arena olah raga sepeda
pantai.
Anda bahkan bisa menikmati fasilitas agrowisata pantai
dengan mengunjungi perkebunan Kusumo Wanadri. Di sana, anda bisa
mengamati proses budidaya beragam tanaman obat mujarab, seperti buah
naga dan bunga roselle. Selain itu, anda juga bisa menyewa gethek, kano
dan bebek dayung yang bisa digunakan untuk tur menyusuri laguna atau
sekedar menyeberang lewat jembatan kayu menuju lokasi gundukan pasir di
tepi pantai.
Lelah berkeliling, anda bisa beristirahat di gubug
lesehan dalam kawasan areal perkebunan Kusumo Wanadri. Sejumlah menu
makanan dan minuman eksotik pantas untuk dicoba. Anda bisa mencicipi jus
buah naga yang menyegarkan dan dikenal mampu menyembuhkan beragam
penyakit, atau memesan es sirup bunga roselle yang mampu melepas dahaga
sekaligus menetralisir beragam jenis racun dalam tubuh.
Untuk menikmati keseluruhan keindahan pemandangan
pantai Glagah, anda bisa melaju melintasi dua alternatif jalan. Pertama,
berjalan ke selatan melewati jalan Bantul dan berbelok ke kanan menuju
jalur Bantul - Purworejo setelah sampai di Palbapang. Kedua, berjalan ke
barat melewati lintasan jalan Yogyakarta - Wates - Purworejo dan
berbelok ke kiri setelah menjumpai plang menuju Pantai Glagah. Anda bisa
menggunakan kendaraan pribadi untuk lebih mudah mengaksesnya.
Perjalanan ke pantai ini tak sesulit perjalanan menuju
pantai di wilayah Gunung Kidul. Jalan-jalan yang dilalui cenderung datar
dan tak banyak tanjakan sehingga anda bisa menempuhnya sambil
bersantai. Lintasan menuju kota Purworejo itu juga menghubungkan Pantai
Glagah dengan pantai-pantai lain di Kabupaten Kulon Progo. Jadi, sekali
mengayuh dayung, dua tiga pulau terlampaui, anda bisa mengunjungi
pantai-pantai lain setelahnya.
Sumber : http://www.yogyes.com
Pantai Sadeng, Wonosari
Dahulu kala Sungai Bengawan Solo mengalir tenang dari hulunya
di wilayah utara hingga bermuara di Pantai Sadeng yang kini berada di
Kabupaten Gunung Kidul. Namun, empat juta tahun yang silam, sebuah
proses geologi terjadi. Lempeng Australia menghujam ke bawah Pulau Jawa,
menyebabkan dataran Pulau Jawa perlahan terangkat. Arus sungai akhirnya
tak bisa melawan hingga akhirnya aliran pun berbalik ke utara. Jalur
semula akhirnya tinggal jejak yang perlahan mengering karena tak ada
lagi air yang mengalirinya. Wilayah ini menjadi kaya akan bukit-bukit
kapur yang menurut beberapa penelitian, semula merupakan karang-karang
yang berada di bawah permukaan laut.
Kini, bekas aliran sungai yang populer lewat lagu
keroncong berjudul Bengawan Solo ciptaan Gesang itu menjadi objek wisata
menarik. Tak ketinggalan Pantai Sadeng yang menjadi muaranya, selain
menjadi objek wisata juga menjadi salah satu pelabuhan perikanan besar
di Yogyakarta. Keduanya menjadi jejak geologi yang berharga. Beberapa
waktu lalu, sempat diadakan paket wisata menyusuri jalur Bengawan Solo
Purba hingga muaranya.
Dalam perjalanan menuju Pantai Sadeng, beberapa ratus
meter jalur aliran Bengawan Solo Purba bisa dinikmati pemandangannya.
Jalur aliran itu bisa dilihat setelah sampai di dekat plang biru
bertuliskan "Girisubo - Ibukota Kecamatan". Berhenti sejenak di pinggir
jalan menuju pantai atau berjalan perlahan adalah cara paling tepat
untuk menikmati pemandangan bekas aliran ini, sekaligus memberi
kesempatan mengabadikannya dengan kamera.
Tampak dua buah perbukitan kapur yang tinggi memanjang
mengapit sebuah dataran rendah yang semula adalah jalur aliran. Dataran
rendah yang kini menjadi lahan berladang palawija penduduk setempat itu
berkelok indah, memanjang sejauh 7 kilometer ke arah utara, hingga
wilayah Pracimantoro di Kabupaten Wonogiri. Kelokannya membuat mata
tergoda untuk menyusurinya ke utara hingga ke tempat pembalikan aliran
sungainya.
Jalur aliran juga bisa disusuri ke arah selatan hingga
bekas muaranya di Pantai Sadeng. Menurut penuturan salah seorang
nelayan, muara Bengawan Solo Purba berada di pantai sebelah timur,
wilayah yang kini termasuk areal pelabuhan perikanan. Meski demikian,
penyusuran ke selatan tak akan seindah ke utara, sebab jalan yang menuju
ke Pantai Sadeng tidak searah dengan jalur aliran sungai terbesar di
Jawa itu.
Bila telah sampai ke pantainya, maka pemandangan
berbeda akan dijumpai. Wilayah pantai juga telah mengalami perubahan,
seperti jalur aliran yang kini menjadi ladang-ladang penduduk. Pantai
Sadeng kini menjadi pelabuhan perikanan di Yogyakarta yang paling maju,
terbukti dengan kelengkapan sarana pendukungnya, seperti perahu motor
yang berukuran lebih besar, terminal pengisian bahan bakar, rumah
pondokan nelayan hingga tempat pelelangan ikan dan koperasi.
Berkembangnya Sadeng sebagai pelabuhan ikan pun punya
cerita tersendiri. Sekitar tahun 1983, serombongan nelayan ikan dari
Gombong, Jawa Tengah datang ke tempat ini. Mereka menganggap Sadeng
sangat berpotensi sebagai tempat melaut. Tantangannya cukup berat, bukan
hanya karena ombak laut selatan yang besar, tetapi juga kepercayaan
penduduk setempat yang tak memperbolehkan melaut dan wilayah pantai yang
konon wingit.
Namun, salah satu nelayan bernama Pairo yang ditemui
YogYES, mengungkapkan bahwa nelayan Gombong saat itu berkeyakinan, "Sopo
Wae mlebu Sadeng Sedeng". Berarti, siapa saja berani tinggal di Sadeng
akan diberi kekuatan untuk hidup. Akhirnya, bertahanlah serombongan
nelayan dari Gombong itu, sedikit demi sedikit hingga hasil tangkapan
ikan pun terus meningkat dan mereka mampu bertahan hidup.
Kemajuan pun terus dicapai. Tahun 1986, didirikan
tempat pelelangan ikan dan dibangun pelabuhan yang dilengkapi mercusuar
untuk mendukung aktivitas perikanan. Sekitar tahun 1989, berdiri sebuah
koperasi untuk membantu para nelayan. Hingga akhirnya pada tahun 1995,
berdiri kantor yang mengurus hasil tangkapan ikan sekaligus pondokan
serupa rumah petak yang dikontrakkan untuk para nelayan.
Berkeliling ke penjuru pantai adalah cara untuk
menikmati kemajuan perikanan di Sadeng. Akan tampak sekelompok nelayan
yang membersihkan perahu, mengangkut ikan dari perahu ke tempat
pelelangan, menggiling es batu untuk dimasukkan dalam kotak ikan sebelum
didistribusikan, hingga ibu-ibu nelayan yang mengasuh anak-anak di
pondokan. Seluruh warga pantai seolah sibuk dengan aktivitas
perikanannya.
Selain itu, bisa juga menyusuri bibir pantai di sebelah
timur dan menuju gundukan pasir yang berada di dekat mercusuar.
Pemandangan laut lepas akan tampak jelas, beserta deburan ombaknya yang
besar. Tak seperti pantai di Gunung Kidul umumnya, Sadeng tak banyak
memiliki karang-karang raksasa sehingga pandangan mata tak akan
terhalang. Kadang, bisa juga disaksikan perahu nelayan yang tengah
melaut.
Mengunjungi Sadeng bagaikan menyaksikan sebuah proses
evolusi. Selama perjalanan, bisa dikenang evolusi dataran rendah jalur
aliran Bengawan Solo Purba dari tempat mengalirnya air hingga menjadi
ladang palawija yang produktif. Sementara, mengunjungi pantainya seolah
mengenang pantai yang semula muara sungai menjadi daerah sepi dan
akhirnya berkembang menjadi pelabuhan perikanan terbesar di Yogyakarta.
Sumber : http://www.yogyes.com
Pantai Ngobaran
Datang ke Pantai Ngrenehan dan menikmati ikan bakarnya belum
lengkap kalau tak mampir di pantai sebelahnya, Ngobaran. Letak pantai
yang bertebing tinggi ini hanya kurang lebih dua kilometer dari Pantai
Ngrenehan. Tak jauh bukan? Penduduk Pantai Ngrenehan saja sering
membicarakan dan mampir ke Pantai Ngobaran, mengapa anda tidak?
Ngobaran merupakan pantai yang cukup eksotik. Kalau air surut, anda bisa melihat hamparan alga
(rumput laut) baik yang berwarna hijau maupun coklat. Jika dilihat dari
atas, hamparan alga yang tumbuh di sela-sela karang tampak seperti
sawah di wilayah padat penduduk. Puluhan jenis binatang laut juga
terdapat di sela-sela karang, mulai dari landak laut, bintang laut,
hingga golongan kerang-kerangan.
Tapi yang tak terdapat di pantai lain adalah pesona
budayanya, mulai dari bangunan hingga makanan penduduk setempat. Satu
diantaranya yang menarik adalah adanya tempat ibadah untuk empat agama
atau kepercayaan berdiri berdekatan. Apakah itu bentuk
multikulturalisme? Siapa tahu.
Bangunan yang paling jelas terlihat adalah tempat
ibadah semacam pura dengan patung-patung dewa berwarna putih. Tempat
peribadatan itu didirikan tahun 2003 untuk memperingati kehadiran
Brawijaya V, salah satu keturunan raja Majapahit, di Ngobaran. Orang
yang beribadah di tempat ini adalah penganut kepercayaan Kejawan (bukan
Kejawen lho). Nama "Kejawan" menurut cerita berasal dari nama
salah satu putra Brawijaya V, yaitu Bondhan Kejawan. Pembangun tempat
peribadatan ini mengaku sebagai keturunan Brawijaya V dan menunjuk salah
satu warga untuk menjaga tempat ini.
Berjalan ke arah kiri dari tempat peribadatan tersebut,
Anda akan menemui sebuah Joglo yang digunakan untuk tempat peribadatan
pengikut Kejawen. Saat YogYES berkunjung ke tempat ini, beberapa
pengikut Kejawen sedang melakukan sembahyangan. Menurut penduduk
setempat, kepercayaan Kejawen berbeda dengan Kejawan. Namun mereka
sendiri tak begitu mampu menjelaskan perbedaannya.
Bila terus menyusuri jalan setapak yang ada di depan
Joglo, anda akan menemukan sebuah kotak batu yang ditumbuhi tanaman
kering. Tanaman tersebut dipagari dengan kayu berwarna abu-abu. Titik
dimana ranting kering ini tumbuh konon merupakan tempat Brawijaya V
berpura-pura membakar diri. Langkah itu ditempuhnya karena Brawijaya V
tidak mau berperang melawan anaknya sendiri, Raden Patah (Raja I Demak).
Kebenaran cerita tentang Brawijaya V ini kini banyak
diragukan oleh banyak sejarahwan. Sebabnya, jika memang Raden Patah
menyerang Brawijaya V maka akan memberi kesan seolah-olah Islam
disebarkan dengan cara kekerasan. Banyak sejarahwan beranggapan bahwa
bukti sejarah yang ada tak cukup kuat untuk menyatakan bahwa Raden Patah
melakukan penyerangan. Selengkapnya bagaimana, mungkin Anda bisa
mencari sendiri.
Beberapa meter dari kotak tempat ranting kering tumbuh
terdapat pura untuk tempat peribadatan umat Hindu. Tak jelas kapan
berdirinya pura tersebut.
Di bagian depan tempat ranting tumbuh terdapat sebuah
masjid berukuran kurang lebih 3x4 meter. Bangunan masjid cukup sederhana
karena lantainya pun berupa pasir. Seolah menyatu dengan pantainya.
Uniknya, jika kebanyakan masjid di Indonesia menghadap ke Barat, masjid
ini menghadap ke selatan. Bagian depan tempat imam memimpin sholat
terbuka sehingga langsung dapat melihat lautan. Ketika YOGYES menanyakan
pada penduduk setempat, tak banyak yang tahu tentang alasannya. Bahkan,
penduduk setempat sendiri heran karena yang membangun pun salah satu
Kyai terkenal pengikut Nahdatul Ulama yang tinggal di Panggang, Gunung
Kidul. Sebagai petunjuk bagi yang akan sholat, penduduk setempat memberi
tanda di tembok dengan pensil merah tentang arah kiblat yang
sebenarnya.
Setelah puas terheran-heran dengan situs
peribadatannya, Anda bisa berjalan turun ke pantai. Kalau datang pagi,
maka pengunjung akan menjumpai masyarakat pantai tengah memanen rumput
laut untuk dijual kepada tengkulak. Mereka biasanya menjual rumput laut
dengan harga Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per kilo. Hasilnya lumayan untuk
mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Namun, kalau datang sore, biasanya Anda akan menjumpai
warga tengah mencari landak laut untuk dijadikan makanan malam harinya.
Untuk bisa dimakan, landak laut dikepras dulu durinya hingga rata dan
kemudian dipecah menggunakan sabit. Daging yang ada di bagian dalam
landak laut kemudioan dicongkel. Biasanya warga mencari landak hanya
berbekal ember, saringan kelapa, sabit, dan topi kepala untuk
menghindari panas.
Landak laut yang didapat biasanya diberi bumbu berupa
garam dan cabe kemudian digoreng. Menurut penduduk, daging landak laut
cukup kenyal dan lezat. Sayangnya, tak banyak penduduk yang menjual
makanan yang eksotik itu. Tapi kalau mau memesan, coba saja meminta pada
salah satu penduduk untuk memasakkan. Siapa tahu, anda juga bisa
berbagi ide tentang bagaimana memasak landak laut sehingga warga pantai
Ngobaran bisa memakai pengetahuan itu untuk berbisnis meningkatkan taraf
kehidupannya.
Sumber : http://www.yogyes.com
Pantai Sepanjang, Kuta Tempoe Doloe
Diposting oleh
Unknown
0
komentar
Bila ingin bernostalgia menikmati nuansa Pantai Kuta tempo
doeloe, Pantai Sepanjang adalah tempat yang tepat. Sepanjang memiliki
garis pantai yang panjang, pasir berwarna putih yang masih terjaga, dan
ombak yang sedang. Anda tinggal memilih, ingin berjemur di atas pasir
menikmati terik matahari, membelah ombak dengan papan selancar, ataupun
hanya melihat keindahan pantai. Semuanya bisa Anda nikmati begitu tiba
di pantai yang berjarak beberapa kilometer dari Pantai Sundak ini.
Pantai Sepanjang merupakan salah satu pantai yang baru
dibuka. Nama "Sepanjang" diberikan karena ciri khas pantai ini yang
memiliki garis pantai terpanjang di antara semua pantai di Kabupaten
Gunung Kidul. Suasana pantai ini sangat alami. Bibir pantai dihiasi
tumbuhan palem dan gubug-gubug beratap daun kering. Karang di wilayah
pasang surut pantai pun masih terawat. Hempasan ombak masih memantulkan
warna biru menandai air laut yang belum banyak tercemar. Dengan suasana
itu, tak salah bila pemerintah daerah maupun investor berencana
menjadikan pantai ini sebagai Pantai Kuta kedua.
Suasana alami itulah yang menjadikan Pantai Sepanjang lebih dari Pantai Kuta. Sepanjang tidak menawarkan hal-hal klise seperti beach cafe dan cottage
mewah, tetapi sebuah kedekatan dengan alam. Buktinya, anda akan tetap
bisa menggeledah karang-karang untuk menemukan berbagai jenis
kerang-kerangan (Mollusca) dan bintang laut (Echinodermata).
Anda juga tetap bisa menemukan limpet di batuan sekitar pantai dan
mencerabut rumput laut yang tertanam. Tentu dengan berhati-hati agar tak
tertancap duri landak laut. Jelas kan, Anda tak akan menemuinya di
Pantai Kuta?
Kebudayaan masyarakat pantai juga masih sangat kental.
Tak ada bangunan permanen di pinggir pantai, hanya beberapa gubug yang
ditinggali oleh masyarakat setempat. Masih di pinggir pantai, terdapat
ladang yang digunakan penduduk untuk menanam kedelai. Pantai yang landai
dan langsung diterpa ombak menyebabkan tak ada penduduk yang melaut.
Bila melihat ke belakang, akan tampak dua buah bukit yang bagian
lerengnya digunakan penduduk setempat untuk menanam jagung sebagai
sumber makanan pokok. Tanah di puncak bukit tersebut telah dibeli oleh
investor untuk dibangun sebuah villa yang harapannya bisa digunakan
sebagai penginapan wisatawan.
Sepanjang juga memiliki situs bersejarah, yaitu Banyusepuh. "Banyu" berarti air dan "sepuh"
berarti basuh atau membasuh. Sesuai namanya, tempat yang tadinya berupa
mata air ini digunakan untuk membasuh atau memandikan. Penggunanya
konon adalah para wali yang biasanya membasuh pusakanya. Situs ini tak
akan diketahui keberadaannya bila tak bertanya ke penduduk setempat.
Ketika YogYES melihat, situs ini hanya tinggal kubangan kering yang
ditumbuhi tanaman liar.
Capek berkeliling, maka istirahatlah. Gubug-gubug yang
berada di pinggir pantai biasanya digunakan penduduk untuk menjual
makanan dan minuman yang sekiranya cukup untuk melepas lapar dan dahaga.
Disediakan pula lincak (tempat duduk yang disusun dari bambu) untuk tempat ngobrol
dan menikmati semilirnya angin pantai. YogYES sempat merasakan betapa
sejuknya berteduh di bawah gubug. Kalau senja tiba, tengoklah ke barat
untuk menyaksikan kepergian matahari. Walau kini belum ada villa, namun
penduduk setempat cukup terbuka bila ada yang menginap.
Soal oleh-oleh jika pulang, pengunjung tak perlu
berpusing-pusing mencari. Bukankah oleh-oleh tak harus selalu berbentuk
makanan? Beberapa penduduk yang tinggal beberapa kilometer dari pantai
sudah membuat kerajinan tangan berbahan dasar cangkang kerang-kerangan
yang kemudian dipasarkan oleh penduduk pantai. Meski tak sekomersil di
Malaysia, kerajinan tangan yang dibuat oleh penduduk cukup bervariasi.
Ada kreasi berbentuk kereta kencana, orang-orangan, barong, jepitan,
ataupun yang hanya sekedar dikeringkan dan dipendam di dalam pasir.
Beberapa di antaranya dilukis sederhana menggunakan cat. Harganya pun
tak mahal, cuma Rp 5.000 per biji.
Harga kerajinan yang murah tak berarti bernilai rendah.
Kerajinan berbahan dasar Mollusca sebenarnya memiliki nilai historis
yang besar. Jika pernah membaca buku ataupun artikel tentang Conchology,
Anda akan mengetahui bahwa kerajinan tersebut adalah bentuk kebudayaan
maha tinggi yang berkembang di masyarakat pesisir. Orang-orang Hawaii di
Amerika Serikat, Kepulauan Melanesia, atapun Maori di Selandia Baru
mengembangkan kerajinan serupa. Mereka merangkai cangkang
kerang-kerangan menjadi kalung, rok, ikat pinggang, hingga memahat dan
melukisnya menjadi seni rupa maha dahsyat.
Apabila uang di dompet sedang mepet, pengunjung dapat
mengkoleksi cangkang yang ada di pinggiran pantai. Benda kecil ini dapat
menjadi hadiah menarik bila diproses lebih lanjut. Ambil beberapa buah
cangkang yang masih utuh kemudian masukkan dalam kantong plastik.
Sesampainya di rumah, belilah tembakau atau mint dan campurkan
dengan alkohol 90%. Setelah direndam sehari semalam, ambil cangkang dan
gosok perlahan. Langkah itu akan menghilangkan lapisan kapur pada
cangkang sehingga yang tinggal hanya lapisan tengahnya saja (lapisan
prismatik). Gosokan akan membuat warna cangkang lebih cemerlang.
Nah, sangat menarik bukan berwisata di tempat
Sepanjang? Jadi, tunggu apa lagi? Anda tinggal melaju dengan sepeda
motor atau menginjak pedal gas mobil Anda. Tak usah menggubris naik
turunnya medan ataupun jalan bebatuan menuju pantai ini sebab keindahan
alam dan budaya yang akan dinikmati jauh lebih dari pengorbanan Anda.
Percayalah, semua akan terbayar dan Anda pun akan berkata seperti salah
seorang turis asal Belanda yang ditemui YogYES, "Ini betul-betul si Kuta
baru. Banyak pantai di sini dan Bali sudah sangat turistik, tapi di
sini pantai tenang.
Sumber : http://www.yogyes.com
Pantai Indrayanti
Diposting oleh
Unknown
0
komentar
Dua ekor siput laut bergerak pelan di sebuah ceruk karang, tak
peduli dengan ombak yang menghempas. Segerombol remaja asyik
bercengkerama sambil sesekali bergaya untuk diambil gambarnya. Di
sebelah barat nampak 3 orang sedang berlarian mengejar ombak, sebagian
lainnya bersantai di tengah gazebo sembari menikmati segarnya kelapa
muda yang dihidangkan langsung bersama buahnya. Beberapa penginapan yang
dikonsep back to nature berdiri dengan gagah di bawah bukit, sedangkan
rumah panggung dan gubug yang menyerupai honai (rumah adat Papua)
berdiri di dekat pantai. Jet ski kuning teronggok di sudut restoran.
Terletak di sebelah timur Pantai Sundak, pantai yang
dibatasi bukit karang ini merupakan salah satu pantai yang menyajikan
pemandangan berbeda dibandingkan pantai-pantai lain yang ada di
Gunungkidul. Tidak hanya berhiaskan pasir putih, bukit karang, dan air
biru jernih yang seolah memanggil-manggil wisatawan untuk menceburkan
diri ke dalamnya, Pantai Indrayanti juga dilengkapi restoran dan cafe
serta deretan penginapan yang akan memanjakan wisatawan. Beragam menu
mulai dari hidangan laut hingga nasi goreng bisa di pesan di restoran
yang menghadap ke pantai ini. Pada malam hari, gazebo-gazebo yang ada di
bibir pantai akan terlihat cantik karena diterangi kerlip sinar lampu.
Menikmati makan malam di cafe ini ditemani desau angin dan alunan debur
ombak akan menjadi pengalaman romantis yang tak terlupa.
Penyebutan nama Pantai Indrayanti sebelumnya menuai
banyak kontraversi. Indrayanti bukanlah nama pantai, melainkan nama
pemilik cafe dan restoran. Berhubung nama Indrayanti yang terpampang di
papan nama cafe dan restoran pantai, akhirnya masyarakat menyebut pantai
ini dengan nama Pantai Indrayanti. Sedangkan pemerintah menamai pantai
ini dengan nama Pantai Pulang Syawal. Namun nama Indrayanti jauh lebih
populer dan lebih sering disebut daripada Pulang Syawal. Keterlibatan
pihak swasta dalam pengelolaan Pantai Indrayanti rupanya turut membawa
dampak positif. Berbeda dengan pantai-pantai lain yang agak kotor,
sepanjang garis pantai Indrayanti terlihat bersih dan bebas dari sampah.
Hal ini dikarenakan pengelola tak segan-segan menjatuhkan denda sebesar
Rp. 10.000 untuk tiap sampah yang dibuang oleh wisatawan secara
sembarangan. Karena itu Indrayanti menjadi tempat yang nyaman untuk
dikunjungi.
Pantai Parangtritis
Diposting oleh
Unknown
0
komentar
Pantai Parangtritis terletak 27 km selatan Kota Jogja dan mudah
dicapai dengan transportasi umum yang beroperasi hingga pk 17.00 maupun
kendaraan pribadi. Sore menjelang matahari terbenam adalah saat terbaik
untuk mengunjungi pantai paling terkenal di Yogyakarta ini. Namun bila
Anda tiba lebih cepat, tak ada salahnya untuk naik ke Tebing Gembirawati
di belakang pantai ini. Dari sana kita bisa melihat seluruh area Pantai
Parangtritis, laut selatan, hingga ke batas cakrawala.
Pssst, YogYES akan memberitahu sebuah rahasia.
Belum banyak orang tahu bahwa di sebelah timur tebing ini tersembunyi
sebuah reruntuhan candi. Berbeda dengan candi lainnya yang terletak di
daerah pegunungan, Candi Gembirawati hanya beberapa ratus meter dari
bibir Pantai Parangtritis. Untuk menuju candi ini, kita bisa melewati
jalan menanjak dekat Hotel Queen of the South lalu masuk ke jalan
setapak ke arah barat sekitar 100 meter. Sayup-sayup gemuruh ombak laut
selatan yang ganas bisa terdengar dari candi ini.
Pantai Parangtritis sangat lekat dengan legenda Ratu
Kidul. Banyak orang Jawa percaya bahwa Pantai Parangtritis adalah
gerbang kerajaan gaib Ratu Kidul yang menguasai laut selatan. Hotel
Queen of the South adalah sebuah resort mewah yang diberi nama
sesuai legenda ini. Sayangnya resort ini sekarang sudah jarang buka
padahal dulu memiliki pemandangan yang sanggup membuat kita menahan
nafas.
Sunset yang Romantis di Parangtritis
Ketika matahari sudah condong ke barat dan cuaca cerah,
tibalah saatnya untuk bersenang-senang. Meskipun pengunjung dilarang
berenang, Pantai Parangtritis tidak kekurangan sarana untuk having fun. Di pinggir pantai ada persewaan ATV (All-terrain Vechile), tarifnya sekitar Rp. 50.000 - 100.000 per setengah jam. Masukkan persneling-nya lalu lepas kopling sambil menarik gas. Brrrrooom, motor segala medan beroda 4 ini akan melesat membawa Anda melintasi gundukan pasir pantai.
Baiklah, ATV mungkin hanya cocok untuk mereka yang
berjiwa petualang. Pilihan lain adalah bendi. Menyusuri permukaan pasir
yang mulus disapu ombak dengan kereta kuda beroda 2 ini tak kalah
menyenangkan. Bendi akan membawa kita ke ujung timur Pantai Parangtritis
tempat gugusan karang begitu indah sehingga sering dijadikan spot pemotretan foto pre-wedding. Senja yang remang-remang dan bayangan matahari berwarna keemasan di permukaan air semakin membangkitkan suasana romantis.
Pantai Parangtritis juga menawarkan kegembiraan bagi
mereka yang berwisata bersama keluarga. Bermain layang-layang bersama si
kecil juga tak kalah menyenangkan. Angin laut yang kencang sangat
membantu membuat layang-layang terbang tinggi, bahkan bila Anda belum
pernah bermain layang-layang sekalipun.
Masih enggan untuk pulang walau matahari sudah
terbenam? Tak lama lagi beberapa penjual jagung bakar akan menggelar
tikar di pinggir pantai, kita bisa nongkrong di sana hingga larut
malam. Masih juga belum mau pulang? Jangan khawatir, di Pantai
Parangtritis tersedia puluhan losmen dan penginapan dengan harga yang
terjangkau.
Sumber : http://www.yogyes.com
Candi Prambanan, Candi Hindu Tercantik Di Dunia
Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun
di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai
Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur),
berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan
kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat
kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat
Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso
mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta
Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu
hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan
membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso
yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi
arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman
utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah
lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke
timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap
ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda
untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan
4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan
bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu
ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain
masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan
Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca
Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi
Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu.
Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa,
anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda
yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang
sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan
burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih,
bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok
itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix
dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari
kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta
Amerta (air suci para dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak
orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan.
Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang
Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga
menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama
tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda
dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.
Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah
Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana
yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah
pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan,
kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon
Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini
membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki
kearifan dalam mengelola lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga
digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi
lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di
Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian
lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan
itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka
kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah
mendunia.
Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief
burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi
Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)
yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya
terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu,
apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya
silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun
yang bisa memecahkan misteri itu.
Nah, masih banyak lagi yang bisa digali di Prambanan.
Anda tak boleh jemu tentunya. Kalau pun akhirnya lelah, anda bisa
beristirahat di taman sekitar candi. Tertarik? Datanglah segera. Sejak
tanggal 18 September 2006, anda sudah bisa memasuki zona 1 Candi
Prambanan meski belum bisa masuk ke dalam candi. Beberapa kerusakan
akibat gempa 27 Mei 2006 lalu kini sedang diperbaiki.
Sumber : http://www.yogyes.com/
Langganan:
Postingan (Atom)